Self-love dan self-compassion adalah dua aspek penting yang perlu dimiliki oleh remaja dalam membangun kesehatan emosional mereka. Self-love mengacu pada mencintai diri sendiri secara utuh, sementara self-compassion adalah kemampuan untuk menunjukkan rasa kasih dan penerimaan diri, bahkan saat menghadapi kekurangan atau kegagalan. Namun, menurut penelitian, banyak remaja masih sangat bergantung pada pencapaian, seperti nilai akademis, dalam menilai diri mereka. Ketika mereka mendapatkan nilai bagus, mereka merasa berharga dan hebat, tetapi ketika nilai mereka rendah, mereka cenderung merasa gagal dan kehilangan kepercayaan diri.
Ternyata, peran orang tua dan guru sangatlah krusial dalam membentuk self-love dan self-compassion yang kuat pada anak remaja. Yang pertama yang perlu diperhatikan yaitu remaja perlu merasa aman secara emosi dulu. Otak mereka sangat peka terhadap respon dari lingkungan sekitarnya, baik melalui ekspresi wajah, intonasi suara, dan kata-kata. Anak-anak remaja secara alami akan meniru dan menyerap apa yang mereka terima dari orang-orang di sekitar. Jika mereka sering menerima kata-kata atau sikap yang melemahkan semangat, secara perlahan mereka akan menginternalisasi hal tersebut sebagai gambaran diri mereka.Contohnya, jika orang tua sering mengatakan bahwa anaknya tidak berharga, selalu merepotkan, atau hanya membuat masalah tanpa memberikan apresiasi ketika anak melakukan hal-hal positif, maka anak akan mulai percaya bahwa dirinya memang tidak berharga, tidak dicintai, dan hanya menjadi beban. Sikap dan kata-kata ini bisa membentuk persepsi negatif anak tentang diri mereka, yang akan berpengaruh besar terhadap perkembangan mental dan emosional mereka di masa depan.
Hal kedua yang perlu diperhatikan untuk membangun hubungan yang kuat dengan remaja, orang tua perlu menciptakan koneksi yang baik, sehingga anak merasa nyaman untuk terbuka. Ketika remaja merasa didengar, mereka akan lebih mudah berbagi tentang perasaan dan pikiran mereka sehari-hari. Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua untuk meluangkan waktu berkualitas bersama anak, membangun kepercayaan melalui momen-momen ini.
Jika sudah terbangun connection yang baik, hal yang ketiga yang perlu diperhatikan yaitu orang tua perlu untuk mengajak anak mereka berdikusi dan berpikir. Jika anak sudah merasa aman dengan orang tua dan memiliki hubungan yang terhubung satu sama lain maka akan sangat mudah orang tua dalam melibatkan anak diskusi dan mengajak mereka untuk berpikir ketika melihat perilaku yang kurang tepat, daripada langsung memberikan penilaian atau kritik. Otak anak, terutama di masa pertumbuhan, sangat sensitif terhadap penilaian negatif yang diberikan tanpa adanya dialog atau pemahaman mendalam. Proses ini sangat berpengaruh dalam membangun self-love dan self-compassion mereka. Dengan mengajak anak berdiskusi secara baik dan mendalam, mereka perlahan akan memahami bahwa perilaku tersebut tidak tepat, tanpa perlu dimarahi terlebih dahulu.
Jika anak sudah terlanjur memiliki self-love yang kurang baik, penting bagi anak untuk mulai melakukan afirmasi positif juga pada diri sendiri, terutama saat muncul pikiran negatif. Misalnya, ketika mereka mendapatkan nilai yang kurang memuaskan, mereka perlu memberikan afirmasi pada diri sendiri bahwa mereka mampu memperbaiki dan mendapatkan hasil yang lebih baik di kemudian hari. Afirmasi ini akan membantu memperkuat keyakinan diri dan mengarahkan mereka pada perubahan yang lebih positif. Jadi, membentuk self-love dan self-compassion yang baik pada anak bukanlah tugas yang bisa dilakukan sendiri. Orang tua berperan penting dengan belajar dan menerapkan pola asuh yang tepat untuk mendukung perkembangan emosional anak secara sehat.