Overcome Your Overthinking: Belajar Membedakan Pikiran dan Realita
Pernah merasa terjebak dalam pikiran-pikiran seperti “kalau begini gimana ya?” atau “kalau saya lakukan itu nanti gimana hasilnya?”—itulah yang disebut overthinking. Sebuah kondisi di mana kecemasan mengambil alih dan membuat pikiran kita bercabang ke segala arah.
Secara sederhana, overthinking adalah respons dari rasa cemas. Kecemasan membuat kita memikirkan banyak kemungkinan yang belum tentu terjadi. Dan sayangnya, banyak dari kita belum terlatih untuk mengelola emosi ini. Akibatnya, pikiran terus berputar dan sulit berhenti.
Menariknya, overthinking berbeda dengan overplanning. Overplanning adalah fokus pada perencanaan detail dari apa yang akan kita lakukan. Sedangkan overthinking lebih ke arah membayangkan semua kemungkinan buruk“what if”. Namun, keduanya sama-sama bisa bersumber dari kecemasan.
Dampak overthinking tak bisa dianggap enteng. Ia dapat mengganggu pola tidur, membuat tubuh kelelahan, emosi jadi tidak stabil, sulit fokus, bahkan memicu masalah kesehatan. Untuk itu, penting bagi kita untuk mulai menyadari bahwa pikiran hanyalah pikiran, bukan realita.
Lalu, apa yang bisa kita lakukan?
🔸 Melatih mindfulness. Saat merasa cemas, aktifkan pancaindra. Rasakan apa yang kita lihat, dengar, sentuh, cium, dan kecap. Fokus pada saat ini membantu mengalihkan perhatian dari kekhawatiran yang belum tentu terjadi.
🔸 Menuliskan pikiran. Ketika pikiran terasa penuh, tuangkan dalam bentuk tulisan. Dengan begitu, kita bisa lebih mudah melihat mana pikiran, mana realita, dan mulai mencari solusi.
🔸 Melatih untuk Bertindak dulu lebih daripada memikirkan apa yang akan datang. Terkadang, cara terbaik mengatasi overthinking adalah dengan “jalanin dulu aja”. Tindakan nyata bisa membantu menenangkan pikiran.