Menjadi mahasiswa artinya harus siap dengan kegiatan yang padat. Mulai dari jadwal perkuliahan, banyaknya tugas yang harus dikerjakan, hingga kegiatan organisasi. Belum lagi kondisi hubungan dengan teman, keluarga, dan pasangan. Hal tersebut bisa jadi penyebab stres pada mahasiswa sehingga harus belajar dikelola dengan baik
Pasalnya, apabila tidak dapat mengelola dengan baik, umumnya mahasiswa mengalami stres. Masalahnya, kondisi stres bisa memburuk dan menyebabkan gangguan kesehatan mental jika tidak ditangani. Contohnya depresi atau kecemasan.
Sebelum membahas cara mengatasinya, ada berbagai gejala stres pada mahasiswa yang perlu diketahui. Tentunya agar Anda dapat mengidentifikasi, jika sedang mengalami stres.
Secara umum, seseorang yang sedang stres mengalami reaksi fisik, emosional, perilaku, dan kognitif. Namun, setiap orang mengalami gejala yang berbeda, di antaranya sebagai berikut:
Cara mengatasi stres akademik yang pertama adalah tidur yang cukup dan berkualitas. Selain mengurangi stres, tidur yang cukup juga dapat meningkatkan imun, suasana hati yang lebih baik, serta fokus dan daya ingat. Alhasil, kesehatan Anda akan lebih terjaga.
Di tengah kesibukan, umumnya mahasiswa cenderung memilih makanan cepat saji karena dianggap praktis. Padahal, makanan tersebut belum tentu memenuhi gizi yang diperlukan tubuh. Akibatnya justru menurunkan tingkat energi dalam tubuh, dan mengarah pada ketahanan rendah terhadap stres.
Usahakan mengonsumsi makanan sehat, seperti buah dan sayur, agar tubuh lebih sehat.
Tak dimungkiri, kegiatan akademik dan organisasi di kampus memang melelahkan. Namun, penting meluangkan waktu untuk berolahraga supaya tubuh lebih sehat.
Misalnya jalan kaki atau lari selama 20-30 menit setiap harinya, sebanyak tiga sampai empat kali seminggu. Selain meningkatkan ketahanan tubuh, olahraga juga dapat menjernihkan pikiran sehingga mengurangi stres.
Cara mengatasi stres pada mahasiswa berikutnya adalah menetapkan target yang realistis. Setiap orang memiliki tujuan yang ingin dicapai sehingga memotivasi diri untuk melakukan yang terbaik.
Sayangnya, sering kali target yang ditetapkan tidak sebanding dengan kapasitas diri. Maka itu, penting untuk menyesuaikan target dan kemampuan diri, agar lebih mudah direalisasikan.
Setiap mahasiswa membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri, terutama ketika masuk kuliah atau terlibat dalam kegiatan baru. Maka itu, Anda dapat mengungkapkan perasaan pada orang terdekat yang dipercaya. Mereka juga bisa memberikan saran membangun berdasarkan pengalaman dan perspektifnya.
Meskipun Anda belum tentu membutuhkan tanggapan mereka, cara ini dapat mengurangi ketegangan yang dirasakan karena ada ruang untuk berbagi dan didengarkan.
Sebagian orang sering kali bersikap terlalu keras pada dirinya, seperti menyalahkan diri ketika mengalami kegagalan. Jika Anda mengalaminya, sebaiknya kurangi bersikap demikian karena semakin menambah beban.
Cobalah untuk belajar menerima keadaan dan memaafkan diri, terutama saat terjadi peristiwa yang tidak dapat dikontrol. Kemudian, berikan diri penghargaan karena sudah mencoba.