Jakarta – Dalam acara Parents Sharing di North Jakarta Intercultural School (NJIS), Ibu Anastasia Satriyo, M.Psi., Psikolog—seorang dosen Bentara Campus sekaligus seorang psikolog anak—diundang untuk membagikan wawasan mendalam tentang anak-anak dengan karakteristik ADD/ADHD. Acara ini dihadiri oleh para orang tua siswa NJIS yang memiliki anak dengan gangguan perkembangan, termasuk ADHD, untuk memahami lebih jauh tentang karakteristik anak-anak tersebut dan menemukan strategi efektif dalam mendukung mereka mengatasi tantangan sehari-hari. Yang membuat sesi ini begitu istimewa adalah Ibu Anastasia berbagi pengalaman langsung dari hidupnya, karena beliau didiagnosis ADHD pada usia 28 tahun. Berbekal pengalaman pribadinya, beliau dengan penuh antusiasme berbagi cerita, kiat, dan inspirasi untuk membantu para orang tua mendampingi anak-anak mereka dengan lebih baik.
Dalam sesi tersebut, Ibu Anastasia menjelaskan karakteristik unik anak-anak dengan ADHD. Anak-anak dengan ADHD sering kali menunjukkan tingkat hiperaktivitas yang tinggi dan menghadapi kesulitan dalam mengingat hal-hal sederhana, seperti membawa barang-barang pribadi mereka. Mereka juga sering kesulitan tidur dengan nyenyak, yang dapat memengaruhi energi dan fokus mereka.
Ibu Anastasia juga mengungkap bahwa anak-anak dengan ADHD cenderung memiliki kadar vitamin D dan dopamin yang rendah. Kekurangan vitamin D dapat berdampak signifikan pada suasana hati, konsentrasi, dan kemampuan anak untuk mengoptimalkan potensi mereka. Sementara itu, rendahnya kadar dopamin sering membuat mereka sulit bangun pagi dengan semangat atau merasa tenang. Selain itu, anak-anak dengan ADHD sering kali mengalami kebiasaan melamun yang berlebihan dan memiliki kecenderungan untuk merasa cemas (anxiety).
Ibu Anastasia juga membagikan sejumlah tips praktis yang dapat membantu orang tua mendukung anak dengan ADHD. Salah satu hal utama yang ia tekankan adalah pentingnya penerimaan yang besar dari orang tua terhadap anak. Anak dengan ADHD sering kali memiliki cara berbicara yang bisa secara tidak sengaja melukai perasaan orang di sekitarnya, sehingga kesabaran dan pengertian sangat diperlukan. Ketika berbicara dengan anak ADHD, orang tua disarankan untuk memegang bahu anak dan melakukan kontak mata langsung. Interaksi seperti ini membutuhkan fokus penuh dan sebaiknya tidak dilakukan sambil mengerjakan hal lain. Selain itu, orang tua dapat membantu anak dengan mengingatkan satu atau dua hal penting setiap harinya, mengingat mereka sering kesulitan dalam mengingat tugas atau barang-barang mereka.
Ibu Anastasia juga menyarankan agar barang-barang penting milik anak diberi tanda yang mencolok, seperti warna-warna cerah atau stiker timbul, untuk memudahkan mereka mengenali dan mengingat barang tersebut. Selain itu, membuat time table atau jadwal harian yang menarik dapat membantu anak mengingat kegiatan yang harus mereka lakukan dengan lebih konsisten. Dari sisi kesehatan, ia merekomendasikan pemberian suplemen seperti vitamin D3 dan vitamin yang mengandung magnesium, yang dapat membantu meningkatkan suasana hati, konsentrasi, serta energi anak dengan ADHD. Semoga melalui acara Parents Sharing ini, para orang tua semakin memahami kondisi anak mereka dan termotivasi untuk lebih kreatif serta penuh semangat dalam mendampingi mereka.