Bahasa isyarat adalah bahasa yang digunakan oleh orang-orang yang mengalami gangguan pendengaran atau tuli untuk berkomunikasi dengan menggunakan gerakan tangan, ekspresi wajah, dan bahasa tubuh. Dalam konteks pendidikan inklusi, bahasa isyarat sangat penting untuk dikuasai, khususnya oleh guru pendamping khusus peserta didik berkebutuhan khusus yang memiliki gangguan pendengaran atau tuli.
Di Indonesia, terdapat dua jenis bahasa isyarat yang digunakan oleh komunitas tuli, yaitu SIBI (Sistem Bahasa Isyarat Indonesia) dan Bisindo (Bahasa Isyarat Indonesia). Lalu, apa perbedaan antara SIBI dan Bisindo? Tonton video di bawah untuk melihat secara singkat perbedaan keduanya dari segi kosakata.
[Embed video Instagram Reels Bentara Campus BISINDO video: https://www.instagram.com/reel/Cy0J4KOybpC/]
Untuk Anda yang ingin mempelajari lebih dalam, mari kita bahas lengkap tentang keduanya di bawah.
SIBI adalah bahasa isyarat yang diakui oleh pemerintah Indonesia dan digunakan sebagai bahasa pengantar resmi di Sekolah Luar Biasa (SLB) untuk anak-anak tuli. SIBI dibuat oleh mantan kepala SLB yang merupakan orang dengar dengan mengadopsi Bahasa Isyarat Amerika (ASL). SIBI dibuat dengan tujuan untuk merepresentasikan tata bahasa lisan Indonesia ke dalam isyarat buatan.
Bisindo adalah bahasa isyarat yang muncul secara alami dalam budaya Indonesia dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari oleh komunitas tuli. Bisindo dibentuk oleh kelompok tuli berdasarkan pengamatan dan pengalaman mereka sendiri. Bisindo adalah salah satu dari 100 bahasa isyarat yang berkembang secara alami pada masyarakat tuli dunia. Bisindo memiliki variasi di tiap daerah, seperti Bisindo Jawa, Bisindo Bali, Bisindo Sumatera, dan lain-lain.
SIBI memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Bisindo memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Dari ciri-ciri yang sudah kita bahas sebelumnya, dapat kita lihat bahwa terdapat beberapa perbedaan signifikan antara SIBI dan Bisindo, antara lain:
Perbedaan utama antara SIBI dan Bisindo adalah sumber dan tujuan pembentukannya. SIBI dibuat oleh orang dengar dengan tujuan untuk menyesuaikan bahasa isyarat dengan bahasa lisan Indonesia, sedangkan Bisindo dibentuk oleh komunitas tuli dengan tujuan untuk memudahkan komunikasi antara sesama tuli. Perbedaan ini menyebabkan SIBI dan Bisindo memiliki perbedaan dalam hal struktur, kosakata, dan aturan.
SIBI memiliki struktur yang sama dengan tata bahasa lisan Indonesia, seperti adanya awalan, akhiran, imbuhan, dan kata benda. SIBI menggunakan satu tangan untuk mengisyaratkan abjad, angka, dan kata-kata. SIBI memiliki kosakata yang baku dan rumit, serta mengandung banyak simbol dan metafora .
Bisindo memiliki struktur yang berbeda dengan tata bahasa lisan Indonesia, seperti tidak adanya awalan, akhiran, imbuhan, dan kata benda. Bisindo menggunakan dua tangan untuk mengisyaratkan abjad, angka, dan kata-kata. Bisindo memiliki kosakata yang sederhana dan mudah dipahami, serta mengandung banyak gestur dan mimik.
SIBI memiliki aturan yang ketat dan tidak fleksibel, serta membutuhkan konsentrasi yang tinggi. SIBI dianggap lebih sulit dan kurang populer di kalangan tuli, serta kurang menghargai budaya dan identitas tuli.
Bisindo memiliki aturan yang longgar dan fleksibel, sehingga memungkinkan penggunanya untuk membuat ekspresi yang lebih hidup. Bisindo dianggap lebih mudah dan lebih luas di kalangan tuli, serta lebih menghormati budaya dan identitas tuli.
SIBI digunakan sebagai bahasa pengantar resmi di SLB, sementara Bisindo digunakan dalam kehidupan sehari-hari. SIBI diakui oleh pemerintah Indonesia dan digunakan sebagai bahasa resmi untuk komunikasi dengan orang dengar, sementara Bisindo tidak diakui oleh pemerintah Indonesia dan digunakan sebagai bahasa komunitas untuk komunikasi dengan sesama tuli.
Sekian pembahasan mengenai SIBI dan Bisindo, dua bahasa isyarat yang umum digunakan di Indonesia, tetapi memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Semoga artikel ini membantu memberikan Anda pemahaman awal tentang nuansa bahasa yang digunakan oleh kelompok tuli di Indonesia, sehingga Anda tertarik untuk mendalaminya atau bahkan ikut mempelajarinya.